Review Makanan: Beberapa Burger Premium di DKI

Syarat burger menjadi lezat bagi saya sebetulnya sederhana. Ketika dagingnya digigit harus ada cairan yang menetes; yang jamak disebut ‘juice‘. Artinya, adonan daging harus cukup tebal sehingga tersedia cukup kapasitas  untuk juice itu menetes. Daging yang setipis buku tulis baiknya kita ucapkan wassalam saja untuknya.

Kebanyakan burger yang dihargai secara premium di Jakarta cukup sukses meneteskan ‘juice’ ini. Sebelum berlanjut mohon jangan salah artikan bahwa juice berarti patty di burger itu ‘basah’. Burger yang basah justru mengindikasikan ulenan dagingnya kurang matang atau si koki terlalu mengandalkan olesan saus untuk melembabkan patty.

Burger yang dihargai secara premium itu bagi saya adalah yang berharga di atas 40 ribu. Asumsi saya, bila seorang juru masak memutuskan akan menghargai burger bikinannya 40 ribu, ia sudah mengumpulkan cukup rasa percaya diri untuk membuat sendiri patty atau daging burgernya karena di situlah letak keistimewaan burger premium; bukan produksi berskala massal.

Dalam beberapa kesempatan berbeda saya mencoba burger di Johnny Rockets yang berlokasi di Street Gallery Pondok Indah Mall (PIM) dan Republic of Burger di Jalan Cipete Raya. Juga Coffee Rub Burger di Goods Diner; baik yang bertempat PIM atau Pacific Place. Semua burger yang saya sebutkan itu adalah burger premium; malah Houston Burger di Johnny Rockets dan Goods Diner meminta tidak kurang dari 80rb seporsinya. Di Republic of Burger (RoB) mereka menghargai Rp. 45 ribu untuk American BBQ Burger. Apa kesamaan burger-burger ini? Mereka semua adalah variasi mewah dari cheeseburger.

Bila kita menilik ciri dari masing-masing burger adalah Houston Burger selain melapisi keju di atas burgernya; juga membubuhkan irisan jalapeno yang menjadi kekhasan burger ini. Irisan jalapeno ini lebih dari sekedar acar fungsinya; karena ia juga menambah nuansa pedas menggigit namun masih berjejak kecut khas acar.

Sementara itu tidak ada ciri spesifik dari American BBQ Burger dari RoB. Sejatinya American BBQ RoB adalah cheeseburger yang diberi saus BBQ dan irisan beef bacon serta acar ketimun (pickles) serta daun selada (lettuce). Coffeerub Burger dari Goods Dept mirip dengan American BBQ namun menggunakan daun romaine dan rocket. Semua burger ini dilengkapi dengan kentang goreng sebagai pendamping kecuali Coffeerub Burger Goods Diner.

Pembedanya yang paling terlihat adalah di roti (bun) di masing-masing burger. Bun di Johnny Rockets ukurannya cukup besar dan tekstur rotinya cukup pas namun ketiadaan taburan wijen diatasnya patut disayangkan. Sementara bun RoB ukurannya lebih kecil dan padat bertabur wijen. Kekurangan bun RoB hanya satu: teksturnya terlalu liat sehingga ketika rotinya digigit maka untuk kembali balik ke posisi semula cukup memakan waktu lebih lama. Apabila membandingkan soal bun burger, investasi yang diberikan oleh Goods Dept harus dihargai. Menurut hemat saya mendapatkan bun dengan tekstur tepat yang ditaburi oat giling bukan perkara mudah di Jakarta

Masing-masing porsi burger kecuali Coffeerub Goods Diner dilengkapi dengan kentang goreng yang kuantitasnya cukup memadai. Nah, kemudian pertanyaannya; apakah burger-burger tersebut cocok dengan harga yang kita bayar? Pertanyaan ini sulit sekaligus mudah. Sulitnya karena asumsi saya, sewa tempat di mall sekelas PIM seperti Johnny Rockets  dan Goods Diner tentu berbeda dengan menyewa lokasi cafe kecil di jalan Cipete Raya; sehingga ada komponen biaya yang bisa jadi dominan untuk menetapkan harga. Belum lagi memperhitungkan beban biaya franchise sampai training koki (dan pramusaji). Tapi bagaimana kalau kita kembali ke burgernya? Apa yang keunikan yang ditawarkan masing-masing burger tersebut?

Houston Burger di Johnny Rockets menang dalam ukuran plus rasa pedas kecut khas acar jalapeno. Tingkat kesatnya roti juga menurut saya baik sekali; cukup berongga namun tidak kosong serta kepadatannya tepat dan tak menjadikannya liat. Namun sayang patty-nya, meski sudah cukup baik, juice-nya kurang sehingga sedikit kering bagi saya. Roti yang tanpa taburan wijen di atasnya memberi nilai kurang juga; karena sensasi wijen di burger menurut saya menjadi nilai tambah; apalagi kalau keunikan di cheeseburger kita hanya mengandalkan jalapeno. Kentang goreng pendamping Houston Burger sendiri ukurannya relatif lebih besar dibanding kentang goreng pada umumnya.

Image

Houston Burger Johnny Rockets

Sementara American BBQ di RoB hadir dengan roti bertabur wijen serta patty yang ketika digigit juice-nya langsung menetes dengan hangat.  Suhu patty yang masih relatif panas meski sudah tersaji di piring merupakan tambahan poin tersendiri untuk American BBQ RoB. Acar ketimun dan irisan bawang bombay di American BBQ RoB memberikan nuansa getir yang menyeimbangkan gurihnya patty. Irisan kentang goreng di RoB ukurannya tidak spesial namun dilengkapi dengan cocolan mayones plus beberapa helai daun selada dan ditaburi rajangan peterseli. Menurut saya sentuhan rajangan peterseli dan daun selada ini manis sekali; menjadi tanda koki di RoB cukup memerhatikan unsur visual dalam penyajian burgernya.Image

American BBQ Republic of Burger

Untuk Cofferub Burger Goods Diner  kualitasnya menurut saya baik sekali dan timbunan dedaunan seladanya merupakan selingan yang menarik sehingga absennya acar ketimun bisa termaafkan. Hasil panggangan patty di Goods Diner panasnya merata dan hasilnya adalah adonan daging yang hangat serta juicy. Satu-satunya kekurangan di Coffeerub Burger Goods Diner adalah ketiadaan kentang goreng; khusus di cabang Pacific Place. Jadi Goods Diner Pacific Place alih-alih menyediakan kentang goreng malah menyajikan keripik kentang; berbeda dengan Goods Diner PIM. Sebuah restoran seperti Goods Diner yang berlokasi di Pacific Place yang, menurut asumsi saya, berpretensi menghidangkan masakan Barat termasuk hamburger, selemah-lemahnya iman haruslah menyediakan kentang goreng dalam menunya. Absennya kentang goreng mendampingi hamburger ibarat menyajikan gudeg tanpa krecek atau rawon tanpa telur asin.

Image

Coffeerub Burger Goods Diner

Lalu kemanakah saya akan kembali? Apabila penilaiannya adalah harga dan kualitas yang terbaik saya memilih Coffeerub  Burger Goods Diner. Namun saya memilih yang dihidangkan di PIM karena gerai Pacific Place tidak menyediakan kentang goreng. Tapi untuk burger dengan nilai ekonomis terbaik bagi saya Republic of Burger adalah pilihan juara. Saya pikir saya bisa memaafkan liatnya bun di sana karena perhatian yang diberikan si koki atas burgernya yang total. Presentasi makanan yang baik serta memerhatikan detil adalah kualitas yang patut dihargai. Untuk Johnny Rockets, saya tak ingin berpanjang-panjang mengelaborasi kenapa kita harus membayar 80 ribu untuk cheeseburger dengan rajangan jalapeno.

Hamburger jelas bukan jenis makanan sehat. Barangkali hamburger (atau makanan?) yang paling mengena di hati adalah makanan yang ketika menyantapnya kita memiliki rasa bersalah manis yang membuat kita sedikit menerawang sambil mengelus perut. Tidak ada rasa kenyang yang brutal seperti usai tuntas menghabiskan nasi padang. Tapi ada rasa nyaman pelan-pelan kemudian diusik oleh hati kecil yang mengingatkan; beginikah caramu mendewakan selera dan mengabaikan akal sehat? The ultimate bittersweet food? Perhaps.