Anak Indonesia dan Lady Gaga

Kontroversi konser Lady Gaga akhirnya usai dengan posisi akhir promotor membatalkan pertunjukan dan akan mengembalikan uang pembelian tiket 100% kepada (mantan) calon penonton.  Pihak yang dituduh sebagai pemicu gagalnya konser Lady Gaga, yaitu FPI, sudah panen cacian dari berbagai kalangan. Termasuk yang menuai cacian juga adalah aparat keamanan (termasuk Presiden) karena gagalnya mereka memberikan rasa aman pada calon penonton konser. Selama beberapa minggu, berita dan talkshow mendesakkan jadi tidaknya konser Lady Gaga dari berbagai sudut. Dari mulai mempertemukan aktivis pluralisme versus artis dangdut merangkap da’i sampai talkshow mengundang eksponen ormas pelaku kekerasan dengan politisi dan pengacara.

Segala analisis mengenai penyebab kontroversi kasus Lady Gaga ini nyaris sudah diulas dalam berbagai forum serta media. Namun yang mengganggu pikiran saya (dan beberapa teman) adalah:  apakah yang akan kita katakan pada anak-anak kita soal gagalnya konser ini? Ini bukan sekedar konser musik yang gagal  alasankarena bisnis. Tentu ini bukan berarti mereka di kemudian hari akan bertanya secara literer pada kita mengenai hal ini, tapi menjelaskan pada mereka, anak-anak Indonesia bahwa ada suatu masa  seorang perempuan hendak menyanyi; kemudian penolakan atasnya ternyata difasilitasi oleh Negara, diwakili oleh polisi dan Menteri Agama atas desakan sebuah gerombolan.

Seorang perempuan bernyanyi. Sebegitu berbahayakah sosok perempuan itu hingga Negara merasa perlu berpihak pada sekelompok orang yang rutin melakukan kekerasan untuk bersama menolak kehadiran perempuan tersebut?

Kita akan menjelaskan pada anak-anak kita bahwa Negara ini menundukkan dirinya pada segerombolan orang yang merasa berhak menjadi polisi moral. Anak-anak kita akan mendengarkan; bahwa nyaris tidak ada yang berani melawan kelompok pelaku kekerasan itu; mereka yang menggunakan atribut agama dan memaksa semua orang tunduk pada aturan mereka. Sementara di sekolah, anak-anak kita mendapat pelajaran bahwa Indonesia adalah tanah subur dengan penduduk rukun dan santun pada sesama. Anak-anak kita kemudian akan bertanya, apakah sama Indonesia yang mereka dapati di pelajaran sekolah dengan Indonesia yang mereka temui sehari-hari?

Sebagaimana Anda dan saya, anak-anak kita belajar bahwa Indonesia didirikan oleh mereka para pemberani yang kita namai ‘bapak-ibu’ bangsa. Sebutlah nama mereka: Soekarno, Hatta, Syahrir, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Agus Salim, SK Trimurti, Fatmawati, Oerip Soemohardjo, Dewi Sartika sampai Wolter Monginsidi. Dalam benak mereka; adalah sebuah bayangan mengenai ruang hidup bersama (yang kelak menjadi Indonesia) dimana anak cucu mereka bisa hidup dengan kualitas sebaik-baiknya manusia. Penyandang  nama-nama besar itu melawan kolonialisme asing; sesuatu yang (mungkin) mudah karena yang dihadapi adalah Si Lain; sebuah subyek yang merangkumkan di dalamnya semua yang negatif dari penjajahan. Tapi kali ini, yang Anda, saya dan anak-anak kita hadapi adalah saudara kita sebangsa dan setanah air sendiri yang berlaku persis seperti penjajah. Mereka menjajah Indonesia Anda, saya dan anak-anak kita, dengan tafsir kaku dan keras akan agama (sesuatu yang ditentang oleh proklamator kita Moh. Hatta, seorang Muslim saleh).

Sekarang mari tanyakan kepada Anda, orangtua Indonesia; beranikah Anda menatap lurus mata anak-anak Anda, lalu berkata bahwa kita gagal berusaha menciptakan ruang keberagaman yang aman bagi mereka? Bahwa betul Indonesia yang dibayangkan Soekarno, Hatta, Syahrir dan para pahlawan kita itu, adalah negara yang tunduk pada kehendak gerombolan?

Apabila Anda, seperti saya, mau anak-anak kita hidup di Indonesia yang lebih baik; saatnya adalah sekarang. Beranikan diri kita menolak bersimpati atas sepak terjang semua, saya ulangi, SEMUA pihak yang melakukan kekerasan, apalagi atas nama agama. Diamnya kita akan memakan korban anak-anak kita sendiri kelak. Iman Anda, saya dan anak-anak kita tidak akan luntur karena menonton seorang perempuan bernyanyi; apapun pakaian yang ia (tidak) kenakan. Indonesia ini terlalu besar untuk dirawat oleh satu golongan saja.

16 thoughts on “Anak Indonesia dan Lady Gaga

  1. wah, kalo aku sih akan terus terang bilang ke anakku (kelak) akan campur tangan orang-orang FPI, sekalian gmn mereka terbentuk dan betapa mereka mendapat dukungan ‘pemerintah’. Biar generasi berikutnya tau negeri ini apa adanya, dan semoga mereka tergerak mengubahnya.

  2. Menulis seperti ini blm tenti menyelesaikan masalah, kalo emang merasa mereka salah dan harus menolak, knp anda2 tidak melakuksn diskusi dengan mereka, daripada hanya berteriak di dunia maya

    • Memindahkan gunung pun dimulai dengan langkah kecil, mas/mbak. Tulisan ini setidaknya membuka mata masyarakat untuk bergerak dengan alasan, bergerak karena hanya terbawa arus atau iming2 uang.

  3. YUP, ini tidak hanya masalah siapa LADY GAGA (hahahhaah FPI tahunya klo pengikut setan cuman dia seorang, cupu!). klo saya akan menceritakan kepada anak saya dengan sejujurnya sehingga kenyataan ini tak boleh terjadi lagi pada generasi anak saya. Dengan iman yang dimiliki tak harus memaksakan ruang publik selaras dengan nilai yang dianut. 🙂 Cukup masalah ketuhanan urusan pribadi, ia dan tuhannya. Tuhan tak perlu dibela — kate mbah @soedjiwotedjo

  4. Kalo anak saya gak bakalan nanyain begituan, saya yakin kejadian ini gak bakalan diingat sama sejarah. Emangnya Lady Gaga itu siapa? terus terang denger lagunya sekali aja saya langsung tidak tertarik.

  5. If You ask stupindonesian people “what is morality” ? the answer will be “thigh area”, that’s what they know.
    Something that they extremely fight against the same time they lustfully fight for!

    # Don’t wannabe an indonesian idiot #

  6. Ga ada hal lain yang bisa disampaikan kepada mereka selain kebenaran. Menutup-nutupi kebenaran sejarah yang pilu dengan suatu imajinasi yang indah ga akan ada baiknya, karena sepandai apa pun menyembunyikan bangkai, suatu saat toh tetap akan tercium juga..at least, walau pahit, kejujuran semoga akan membawa generasi yang akan datang tergerak untuk melakukan perubahan.

  7. hanya kebenaran yang bisa disampaikan. At least, 1 hal yang paling mendasar yang mesti diajarkan pada generasi berikutnya adalah kejujuran…..

  8. Salam kenal… kebetulan lewat… saya setuju banget dengan tulisan Anda….

    Negara kita di jajah sendiri oleh orang dalam…. kecewa banget ngeliat berita-berita mancanegara yang menuliskan berita ini… tentang lemahnya hukum di Indonesia… hingga Seorang Diva sekaliber Lady Gaga bisa mendapat ancaman yang sebegitu mengerikannya dari ormas2 yang mengatas namakan agama…

    kalau saya sih akan jujur kepada anak-anak saya kelak akan sejarah ini… betapa jahatnya mereka… dan saat itu saya berharap Indonesia sudah aman untuk kaum minoritas… atau saya berharap jika indonesia masih seperti ini, saya sudah tidak tinggal di Indonesia… malu rasanya…

    efek gak langsungnya orang-orang indo akan mendapat pandangan sinis dari orang-orang luar negeri… karena nila setitik rusak susu sebelanga….

    kebetulan saya juga seorang blogger… kalau gak keberatan boleh mampir ke postingan saya yang serupa dengan kasus ini (tentang gaga)

    http://tom-kuu.blogspot.com/2012/05/gaga-gegerkan-indonesia.html

    http://tom-kuu.blogspot.com/2012/05/huru-hara-berita.html

    dan terakhir

    http://tom-kuu.blogspot.com/2012/05/its-not-sunday-but-sad-day.html

    inilah unek-unek saya atas kasus ini… thanks yah….

  9. Harusnya kamu Tanya pada dirimu sendiri juga,kalau nanti kamu punya anak dan suatu saat ada seorang penyanyi setengah telanjang dan ingin bernyanyi di hadapan anak kamu dengan lagu yang isi2 liriknya mengajarkan tentang seks dan hubungan sejenis serta menghujat Tuhan. Dan terakhir,kamu disuruh bayar supaya anakmu bisa nonton pertunjukan itu. Apakah kamu akan mendukung atau melarang? Saya bukan pendukung FPI,saya termasuk org yg tidak setuju dengan kekerasan yg sering mereka lakukan. Tapi setidaknya lihatlah sisi positif dari tujuan mereka melarang konser tersebut. Kamu juga tidak biasa menulis sebagian sisi saja “seorang wanita ingin bernyanyi dan dilarang”. Wanita dari luar yang datang bernyanyi ke Indonesia tidak sedikit yang diizinkan,malahan lebih banyak yang diizinkan. Jika lady gaga hanya sekedar berlibur ke Indonesia saya yakin tidak akan seperti ini penolakannya. Darimana kamu bisa mengambil kesimpulan bahwa dia datang dengan tujuan utama bernyanyi?saya yakin tujuan utamanya ya cari uang,nyanyi adalah caranya bukan tujuannya. Kasusnya lady gaga bertujuan konser dan justru konsernya itu yang ditakutkan karena selalu menuai kontroversi.

    • Well said, Gerson. Totally agree with you! Sedihnya, kenapa cuma FPI yang ribut2 menolak Lady Gaga? Kenapa ga ada organisasi2 agama atau sosial yang mengambil inisiatif untuk menolak (tanpa perlu pake kekerasan dan dengan cara yang jauh lebih baik tentunya) jadi FPI ga punya kesempatan untuk cari gara2, e.g. di Filipina dan KorSel, kelompok kristen yang protes keras. Dan kenapa harus merasa gagal mengajarkan keberagaman terhadap anak2 kita cuma gara2 tuntutan FPI untuk membatalkan konser Gaga diterima? Lirik lagu, video klip dan interview Gaga terkenal sarat dengan pesan amoral, she supports homosexuality, bisexuality, free sex, drugs, dll… apakah bentuk keberagaman seperti ini yang ingin kita ajarkan kepada anak2 kita?

  10. Saran saya,untuk anda yg menulis artikel ini,segeralah bertobat,neraka itu panas,banyak lagi belajar tentang agama,percuma diumur anda yg singkat ini,anda pergunakan hanya untuk membuat diri anda tersiksa di ahirat.. indotampaJIL.. INDOTAMPAORANGSEPERTIANDA.. nb:saya bkn fpi

  11. tapi masih mending enggak jadi konser, ya seharusnya semua bersyukur lah.
    dari pada ntar terjadi apa2 atau kebrutalan pas waktu konser.
    tapi kalo ada beberapa pihak yg masih menyayangkan dg di gagalkannya konser gaga, ya enggak tau lagi (nasi sudah menjadi bubur kali..)

Leave a comment